11 Mei 2009

Perpisahan itu menyakitkan

Setelah lebih dari satu dasawarsa tepatnya 13 tahun kita hidup bersama dan tidak terpisahkan, akhirnya aku mulai berpikir untuk berpisah. Memang kau selalu setia menemani setiap langkah dan gerakku, akan tetapi kita juga harus realistis menatap tujuan hidup kita kedepan. Kau tahu persis kemana langkah kakiku menuju selama ini, kegurun, kelembah, kedarat, kelaut dan kemanapun aku menuju kau selalu setia mengikutiku, seiring dan sejalan dengan langkah kakiku. Pendek kata kau bagian tak terpisahkan dari ragaku.


Telah banyak peristiwa yang kita lalui bersama baik suka dan duka, dan kita bisa melalui semua itu, teramat banyak kisah sedih sampai kita harus tertatih-tatih menyeret langkah karena kita harus bisa saling menyelamatkan. Diluar itu kita juga menyimpan kisah suka, dimana kau menyelamatkan aku ketika aku harus mendapatkan tugas yang berat, (perjalan jauh misalnya). Biasanya kau kujadikan alasan ataupun pertimbangan untuk tidak menerima tugas tersebut. Semua itu aku lakukan hanya karena mempertimbangkan keadaanmu. Tidak lebih…!!!


Fluktuatipnya hubungan emosional diantara kita selama ini anggaplah sebuah roman yang tidak perlu ditulis. Terkadang timbul perasaan gemes bila melihat penampilanmu yang menonjol dan mencuri perhatian orang banyak, jengkel juga bila kau berulah ataupun pusing karena aku ngak bisa berbuat banyak. Apakah aku tuan dan kamu budaknya ? ataukah aku yang terjajah dan kamu kompeninya ? ataukah kamu yang teraniaya karena terinjak-injak.? dan perasaan-perasaan masiv lainnya yang menghantui kita selama ini.

Jujur saja, terkadang aku bangga dengan kehadiranmu terutama karena lamanya kebersamaan kita, sering aku ceritakan dan perkenalkan kamu keteman-temanku, mereka merasa heran ataupun takjub dengan kebersamaan kita, meskipun seringnya mereka miris, aha.....!!!.


Rupamu yang bulat, lucu dan menggelikan sering membuatku iseng menganggumu, dan anehnya kamu diam saja tak bereaksi pada saat itu, tetapi lama kelamaan kau melawannya secara perlahan tapi pasti dengan semakin tumbuh besar dan mendominasi. Akh ....nakalnya !!!


Kini ketika aku harus realistis menimbang hubungan kita, apakah dilanjutkan atau cukup sampai disini. Aku dihadapkan pada pilihan yang tidak mengenakkan yaitu dua-duanya ”menyakitkan”. Tapi seberapapun sakitnya itu kuberharap kita berdua sanggup melaluinya sebagaimana kita mengahadapi rasa sakit yang terdahulu. Ngilu memang..!!!


Jika saatnya itu tiba, mungkin akan meninggalkan luka mendalam ataupun air mata yg tidak bisa ditahan, anggaplah itu sebagai pengorbanan demi kebaikan kita semua. Bukankah pengorbanan itu sendiri berat, dia akan menuntut darah dan air mata. Relakanlah....!!!


Maafkanlah aku... jika pada waktunya nanti aku tak bisa memutuskan sendiri, bukan aku tak bisa, tetapi karena ini menyangkut raga kita masing-masing. Jangan kau anggap aku pengecut karena tak bisa melakukannya sendiri, akan tetapi lebih baik kita meminta bantuan pihak ketiga yaitu akhlinya. Kulakukan semua itu atas dasar keselamatan kita masing-masing. Just safe it.....!!!


Kini aku semakin mantap melangkahkan kaki menuju dokter ahli bedah untuk mengangkat Klavus atau mata ikan di kaki kiriku (Bobotolen ; red). Doakan teman-teman semoga hari esokku makin ringan tanpa kehadiran dirinya di langkah-langkahku berikutnya. Cag......!!!